
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuat kutersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang. Sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak ditempatnya, dan tubuhku serasa kosong melongpong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada air mata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik,
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat jalan…….
kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk hatiku,
selamat jalan,
calon bidadari sorgaku…….
BJ. HABIBIE

Saudaraku,
sudah siapkah kita………?!
(YAA ALLAAH, YAA MUAKHKHIRU, AKHKHIR HAYAATANAA BIHUSNIL KHAATIMAH=Ya ALLAH Yang Maha Mengakhirkan, akhirkanlah hidup kami dengan husnul khotimah/akhir hidup yang indah). — di TPU Sirnaraga .
