You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Jatiseeng
Jatiseeng

Kec. Ciledug, Kab. Cirebon, Provinsi Jawa Barat

ASAL USUL DESA JATISEENG POHON JATI BESAR YANG SERING MENGELUARKAN BUNYI GEMURUH (SAHENG BAHASA SUNDA) SEPERTI ORANG MENANAK NASI DENGAN MENGGUNAKAN SEENG

KUWU JATISEENG 27 Juli 2011 Dibaca 9 Kali
ASAL USUL DESA JATISEENG POHON JATI BESAR YANG SERING MENGELUARKAN BUNYI GEMURUH (SAHENG BAHASA SUNDA) SEPERTI ORANG MENANAK NASI DENGAN MENGGUNAKAN SEENG

CERITA TENTANG
ASAL USUL DESA JATISEENG
Dikutip dari Cerita Rakyat Asal Usul Desa di Kabupaten Cirebon
Kantor Pariwisata Seni dan Budaya/Disbudparpora : Juni 2003
(diedit ulang oleh Kuwu JATISEENG, SOEMARNO M.TH)
.

Nama JATISEENG erat kaitannya dengan Leuweunggajah. Peristiwa ini dimualai sejak penyebaran agama Islam di Cirebon oleh Syeh Maulana Datuk Kape atau Abdul Kadir Jaelani seorang Waliyullah dari Mekah. Selanjutnya pengembangan Islam dipimpin oleh seorang kawula kerajaan  bawahan Kanjeng Ratu Nyi RAMBUT KASIH penguasa wilayah Jawa Barat. Pada waktu itu sebagian besar rakyat di bawah kekuasaan Kanjeng Ratu masih beragama Galuh (intisari akal pikiran).

Kawula kerajaan itu bersama cucu perempuannya berangkat menemuai Nyi RAMBUT KASIH untuk memohon izin menyebarkan agama Islam di kawasan Cirebon. Dalam perjalanan, keduanya berhenti di sebuah hutan (leuweung – bahasa Sunda) yang dihuni banyak gajah, lalu membuat rumah sederhana untuk sekedar tempat peristirahatan. Oleh karena sering dilewati orang yang bepergian, lambat laun tempat itu menjadi ramai, hingga tercipta sebuah tempat pedukuhan baru dengan nama Leuweunggajah.

Sang cucu kawula kerajaan itu selanjutnya dinikahkan, yang kemudian anaknya menjadi kuwu pertama Desa Leuweunggajah. Sedangkan sang kakek terus melakukan perjalanan menemui Kanjeng Ratu.

Sejalan dengan perkembangan, penduduk Leuweunggajah yang semakin dertambah padat, perebutan batas wilayah kerap kali terjadi sehingga menimbulkan pertengkaran yang menjurus ke arah pertumpahan darah. Oleh karena itu, diadakanlah musyawarah untuk mengatasi kemelut yang sering mereka hadapi dengan membagi Leuweunggajah menjadi JATISEENG.

Nama JATISEENG berasal dari usulan tokoh masyarakat, bahwa nama itu harus didasarkan pada peristiwa menarik dan luar biasa. Tokoh tersebut mengatakan bahwa di pinggir jalan sebelah selatan (Jalan Pramuka, sekarang Jalan P. Walangsungsang) terdapat sebuah pohon jati besar yang sangat meresahkan dan mengganggu ketentraman masyarakat yang melewatinya. Dikatakan bahwa pohon jati itu sering mengeluarkan bunyi gemuruh (saheng – bahasa Sunda) seperti orang menanak nasi dengan menggunakan seeng. Suara “saheng” pohon jati itu diyakini sebagai suara desis ular besar atau ular siluman yang berada di lubang bawah pohon jati itu, sehingga pada malam malam tertentu diberi sesajen kepada “penunggu” pohon yang dianggap keramat itu.

Bersamaan dengan pemberian nama JATISEENG, pohon jati yang menghebohkan itu ditebang, sebagian kayunya dibuat tiang-tiang utama penyangga bangunan Bale Desa dan kentongan atau kohkol yang masih bisa dilihat sampai sekarang.

Untuk mengatasi kepadatan penduduk, pada tanggal 31 April 1981 Desa JATISEENG yang termasuk wilayah Kecamatan Ciledug dimekarkan menjadi dua desa yaitu :
1. Desa JATISEENG yang dipimpin Kuwu Jenal
2. Desa Jatiseengkidul, dipimpin oleh Pj. Kuwu Moch. Mu’min.

Dua tahun kemudian, Desa JATISEENG dimekarkan kembali menjadi :
1. Desa JATISEENG
2. Desa Damarguna, dipimpin oleh Pj. Kuwu Ukani

Di bawah ini ada beberapa catatan nama Kuwu/Kepala Desa JATISEENG yang diketahui antara lain :

  1. Kuwu Bujang (Abad 17)
  2. Kuwu Rasitem
  3. Kuwu Rawiden
  4. Kuwu Kanidjan
  5. Kuwu Asiah
  6. Kuwu Kasidem
  7. Kuwu Durahman
  8. Kuwu Kemar Baindar
  9. Kuwu Natawijaya
  10. Kuwu Imam
  11. Kuwu Maskat (Kuwu Gonjol)
  12. ………. (Kuwu Punuk)
  13. Kuwu Kusen
  14. Kuwu H. Afandi
  15. Kuwu Wiradinata
  16. Kuwu Mukib
  17. Kuwu Wasdjoed Ganda Atmadja (Kuwu Perod)
  18. Kuwu Rd. Armas Sastradibrata
  19. Pjs Kuwu H. Dulmanan (1965 – 1966)
  20. Kuwu Djenal (1966 – 1984)
  21. Pjs Kuwu Mahfud (1984 – 1985
  22. Pjs Kuwu Didi Supriadi (1985 – 1989)
  23. Pjs Kuwu Najib (1989 – 1990)
  24. Kuwu Tarno Djaenudin (1990 – 1997)
  25. Pjs Kuwu Carda (1997 – 2001)
  26. Pjs Kuwu SUMARNO MOH. TOHIR/SOEMARNO M.TH.(2001)
  27. Kuwu Carda (2001 – 2011)
  28. Pjs Kuwu Moch. Nugraha (2011)
  29. Kuwu SUMARNO MOH. TOHIR/SOEMARNO M.TH. (2011- ………….)

APBDes 2025 Pelaksanaan

APBDes 2025 Pendapatan

APBDes 2025 Pembelanjaan